Keep Information Sort and Simple, gift him Choice
Bismillah,
Alhamdulillah, pada hari ini, Sabtu, 23 Rajab 1440 H, atau juga bertepatan pada tanggal 30 Maret 2019, Majenang sedari pagi cukup cerah. Matahari bersinar dengan terang, setelah banyak diguyur hujan hari-hari yang lalu. Sudah lebih dari sepekan, siklus tidur anak K sedikit mengalami perubahan. Biasanya bangun tidur saat adzan Subuh, ini sampai sekitar jam 9 pagi baru bangun. Di malam hari, ia pun tak mau tidur lebih awal, keasyikan main, sampai larut. Sering Bundanya tidur duluan, lalu terbangun-bangun karena K ingin ditemani main.
Di pagi ini, di saat sudah bangun, K sudah minum obat sebelum sarapan, dan harusnya masuk waktu sarapan. O iya, sebagai informasi, anak K sekarang sudah berusia 3,5 tahun.
Saya: “Mas K, sudah waktunya sarapan.”
K: “K maunya makan jajan”
Saya: “Boleh makan jajan kalau sudah makan buah atau nasi dulu.”
K mulai merengek-rengek, ingin makan jajanan.
Saya: “Mau makan buah atau nasi ?”
Saya memberikan pilihan kepada K, karena selama ini, untuk sarapan pagi, saya berikan prioritas makan buah matang dan manis. Sarapan pagi nasi, biasanya karena memang di rumah sedang tidak ada nasi, atau ikut-ikutan kakek neneknya atau kadang karena dia memang sedang tidak ingin makan buah. Nah, daripada makan jajanan, akhirnya saya memberikan pilihan antara buah atau nasi. Tetapi rupanya, saat saya berikan pilihan tersebut di atas, K masih bersikeras minta jajan. Anak K tahu, bahwa di rumah ada persediaan jajanan seperti biskuit yang didapat dari pemberian. Kebetulan pagi ini ada Ayah K disampingnya, dengan sigap si Ayah berkata:
Ayah: “Mau jajan buah atau sarapan nasi?”
K pun menjawab: “Jajan melon”
Alhamdulillah, akhirnya K mau makan buah. Dan minta melon, yang sudah dibeli beberapa hari lalu.
Setelah makan melon, waktunya K minum obat setelah makan. Karena tidak mau mengambil resiko pertentangan, saya langsung memberikannya pilihan.
Saya: “Mas K, obatnya mau minum sendiri atau disuapin?”
K : “Minum sendiri”
Saya: “Ya..”
Tetapi setelah itu, dia pun berlari ke sana ke mari. Lompat-lompat. Beberapa saat kemudian, di pintu depan, yang didesain ada kacanya, tampak seekor hewan kecil yang nempel pintu. Lalu saya katakan kepada K
Saya: “K, coba lihat di pintu, itu hewan apa yaaa?”
K pun berlari menghampiri pintu, dan menemukan ternya di pintu itu adalah katak hijau (yang dalam bahasa Jawa nya terkenal dengan sebutan kodok perkak). Jadi sudah kebayang bagaimana itu katak bisa lompat tinggi dan kalau kencing bisa berbahaya.
Ternyata pintunya itu belum tertutup sempurna. Segera saya tutup pintunya. Kami pun mengamati dengan seksama bagaimana pergerakan katak itu. Ternyata dalam beberapa saat, katak lompat sampai ke pintu bagian atas.
Saya: “Mas K, kataknya harus segera disapu jauh, biar nggak masuk rumah”
dengan semangatnya, langsung menjawab, “K yang nyapu”
Saya: “Nyapu nya dari luar, Mas, soalnya dia sudah nempel di dinding, kalau kita buka pintunya dia bisa masuk rumah”
Akhirnya kami berlari, lewat pintu lain, untuk bisa mencapai luar rumah.
Benar saja, K langsung sigap lari dan berusaha mengusir katak dari pintu rumah. Kami pun kejaar-kejaran dengan katak, karena katak terus lompat ke sana ke mari.
Menuliskan sekelumit kisah tersebut di atas, rasanya sudah ngos-ngosan teringat bagaimana antusias dan lari-larinya kami. hehehe Alhamdulillah.
Para Ibu pembelajar yang semoga selalu dilindungi Allah Subhanahu wata’ala. Sepenggal kisah saya dan anak K di atas, sesungguhnya, merupakan implementasi komunikasi produktif, yang mana, saya komunikan juga menaruh perhatian pada hasil komunikasinya. Sehingga saya berusaha untuk terus melakukan komunikasi sampai tujuan yang ingin dicapai tercapai. Selalu diusahakan untuk menggunakan informasi yang singkat tetapi mudah dipahami. Selain itu, juga daripada menggunakan kalimat perintah terlalu banyak, saya memberikan pilihan kepada K untuk memutuskan sehingga harapannya dia belajar ambil keputusan. Meskipun tujuan saya membuat dia melakukan apa yang saya inginkan. Tetapi selama berkomunikasi dengan K, sebisa mungkin selalu menatap mata dan wajahnya dan dengan intonasi yang lembut dan ramah. Berusaha selalu tersenyum.
Kira-kira, akan ada kisah apa lagi, antara Saya dan juga K. Semoga, esok kita bisa berjumpa lagi, yaa…
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Majenang, 23 Rajab 1440 H/30 Maret 2019
Khoirun Nisaa