Bismillah,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Hai-hai Bunda pembelajar semuaa.. Bagaimana kabarnya? Semoga semua baik-baik saja yaa..
Alhamdulillah setelah sekitar 1 bulan kembali menata hati dan ibadah di bulan Ramadhan, menatap gegap gempitanya Hari Raya Idul Fitri 1440H, kini saya hadir kembali di kelas Bunda Sayang. Memasuki level 3 ini tentu dengan semangat yang lebih membara. Semoga teman-teman semua demikian yaa, apa pun kegiatannya.
Sambil menata fokus, diskusi materi dan tantangan sudah bergulir di ruang kelas. Yup, pada Level Ke-3 ini kami diajak belajar untuk melatih kecerdasan anak.
Ingat kembali kan bahwa tujuan kita belajar di kelas ini untuk menempa potensi diri dalam mengoptimalkan peran sebagai Ibu, jadi harus siap dan bergembira menerima materi yang bisa sangat membantu mengingatkan dan membuka cakrawala kita sebagai Ibu.
Dalam materi yang dipandu oleh Fasilitator tercinta, Mbak Marita, dan diramaikan diskusinya oleh teman-teman kece dan keren, dijelaskan tentang beragam jenis kecerdasan dimiliki oleh manusia. Seperti yang dikutip dari Teori Kecerdasan Howard Garner ada sembilan kecerdasan yaitu kecerdasan bahasa, matematis, nada, kinestetik, spasial-visual, natural, intrapersonal, interpersonal, dan kecerdasan hidup-spiritual.
Kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat digali dan dilatih, agar si anak dapat mengoptimalkan kemampuannya. Tentu peran orang tua menjadi sangat penting sebagai fasilitator anak dalam belajar dan tumbuk berkembang.
Orangtua diharapkan mampu mengamati juga bagaimana sih kondisi anaknya, sampai mana tumbuh kembang si anak. Apakah normal seperti anak pada umumnya, dengan mengacu tabel tumbub kembang anak. Atau ada hal-hal yang harus diperhatikan secara khusus. Di samping memgamati tumbuh kembang anak secara fisik, Ibu dan Ayah dirumah diharapkan juga bisa mengamati tumbuh kembang kecerdasannya. Kira-kira anak sudah mempunya ketertarikan yang lebih pada bidang apa yaa..
Apakah anakku lebih tertarik mendengarkan cerita atau langsung mengeksplor dan ingin merasakan langsung pengalaman di alam terbuka. Apakah anakku sudah mampu mengungkapkan perasaannya sendiri atau belum? Bagaimana ketertatikannya pada interaksi dengan orang lain. Apakah dia cepat dan mudah bergaul atau sangat malu atau tertutup.
Semua tentu sangat kasuistik, tidak bisa sigeneralisir karena sangat subjektif pada masing-masing anak dan keluarga. Selain itu juga perlu diperhatikan bagaimana tujuan pembelajaran orangtua, apa visi misinya dan prioritasnya.
Owh iya, satu hal yang perlu diingat, kita punya peran sebagai orangtua yang fungsinya fasilitator, tetapi bukan berarti kita harus sudah menjadi sempurna. Justru ketika merasa sempurna itu yang bahaya. Tak perlu malu jika ada hal-hal yang belum diketahui. Kesempatan ini membuat kita sangat terus boleh sama-sama belajar meningkatkan kapasitas diri.
Yess semangat sudah on fire, materi sudah didapat. So, apa sih inti dari Tantangan Level 3 ini?
Tantangan Level 3 ini, kami diminta untuk melatih kecerdasan anak, bisa pilih salah satu, kemudian rencanakan dan lakukan, kemudian dokumentasikan dan laporkan. That would be a real challenge for me.
Hari ini, keluarga kami masih mempelajari dan memetakan apa yang akan menjadi kegiatan untuk menjawab tantangan tersebut. Dan kami memutuskan untuk menamai proyek keluarga kami dengan Belajar Tauhid. Sebuah jalan untuk mengasah kecerdasan anak khususnya di bidang spiritual. Kami memilih itu sebagai prioritas mengingat tanggungjawab dan tugas kami sebagai orangtua terhadap hal tersebut.
Semoga dimudahkan Allah, dan kami dapat mengikuti tantangam ini dengan baik dan lancar, aamiin..
Sekian dulu dari kami, semoga besok dapat jumpa lagi.
Share with love,
Khoirun Nisaa