Gunakan Suara yang Ramah, Intonasi tetap Lembut
Bismillah,
Beberapa hal yang membuat saya bangga terhadap anak saya K, adalah rasa ingin tahu yang kuat terhadap sesuatu hal, ingin belajar banyak hal, dan juga tidak takut salah dalam melakukan sesuatu. Alhamdulillah. Pagi tadi, anak K bangun tidur lebih awal dari masa siklus tidurnya yang menurut saya belum kembali seperti sedia kala. Sekitar pukul 07.30WIB anak K sudah bangun dan mendapati Bundanya sedang sibuk di dapur. Iya, saya sedang memasak. Biasanya semua masakan yang disajikan, sudah siap sebelum jam 7. Tetapi karena satu dan lain, hal hari ini, saya baru bisa memasak pukul 7. Saya juga segera mengajak anak K untuk bangkit dari tempat tidur dan mengajaknya beraktivitas.
“K, kita bikin pergedel yuuk…K kan suka yah,” ajak saya supaya K semangat.
Anak saya terlihat angguk-angguk, menyetujui, meskipun dia baru bangun tidur. Anak K selalu antusias dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan memasak, apalagi memasak kentang. Saat itu dia sudah banyak tanya, di mana kentangnya, dia sudah usul untuk memotong kentangnya. Berhubung belum waktunya dia menggunakan pisau sungguhan, kami sengaja sediakan pisau plastik, yang biasa didapat dari beli cake. Di rumah, ada beberapa, tapi sekarang entah di kardus mainan yang mana, karena seringkali dipakai anak K untuk bermain, apaa saja yang ditemui, bawaannya pingin potong-potong.
“Bund, K yang potong-potong kentangnya…” kata K bersemangat dengan nada sedikit merengek, mungkin karena baru bangun tidur.
“Pisau K di mana yaa…cari yuuk,” ucap saya, sambil menatap wajahnya dengan lembut.
“Di tempat sendok nggak ada… pisaunya di mana sih Bund?”
“Waah terakhir di mana ya… coba kita cari yuuuk..” sambung saya dengan mengajaknya mencari di kardus mainan.
Kemudian kami pun pergi untuk mencari pisau plastik tersebut, di beberapa kardus mainan. Dengan perlahan saya keluarkan semua isi mainan di kardus milik anak. Alhamdulillah dua pisau yang terbuat dari plastik itu ketemu. Anak K pun terlihat bersemangat.
“Bunda kupas kentangnya dulu yaa… Lalu nanti K yang potong-potong,” ajak saya.
“Hu..uh,” timpal anak K dengan sambil mengangguk.
Sambil mengupas kulit kentang, anak K sudah bertanya-tanya terus, kapan selesainya…
“Udah belum sih Bund..?” tanya K berkali-kali.
Saya pun terus menjawab dengan tetap menjaga intonasi suara supaya tetap lembut dan pelan. Kebanyakan yang ditemui, kalau kita sedang-diburu-buru, bawaannya ingin meninggikan suara. Namun sebisa mungkin saya tidak terpancing emosi dan tetap konsisten untuk ramah dan berlemah lembut kepada anak.
“Ini, sudah, sekarang K yang potong-potong, dipotong segini yaa kentangnya (sambil memberi contoh kepada K),” jelas saya.
Anak K mulai memotong-motong kentang itu.
Waktu pun berlalu, kami terus bekerja bersama untuk memasak kentangnya sampai jadi pergedel. Alhamdulillah, Allah lancarkan urusan memasak kami tadi pagi. Ke depannya, semakin ingin mempraktikkan komunikasi yang menggunakan kalimat sederhana, dan dengan intonasi yang lembut serta terus ramah terhadap anak. Menatap wajah dan matanya, adalah bagian dari komunikasi non verbal yang sangat berarti pula untuk menunjukkan perhatian dan menganggap bahwa dia adalah orang yang penting.
Baik, tulisan kali ini memang tidak sesuai target waktu setor, sedianya akan diposting sebelum jam 24, Qodarullah, ternyata Bundanya tertidur, jadi terlambat, mohon maaf. Terimakasih atas perhatian dan keluangan waktunya untuk membaca. Semoga ke depannya terus bisa instiqomah. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Majenang, 1 Sha’ban 1440H/ 6 Maret 2019
Share with love,
Khoirun Nisaa