Assalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh…
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas segala rahmat dan nikmat-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam beserta para sahabat dan keluarganya.
Senang sekali pada kesempatan yang semakin dag dig dug ini, saya akan menyampaikan sebuah tulisan yang berkenaan dengan Membangung Peradaban Dari Dalam Rumah. Telah dijelaskan dalam perkuliahan Matrikuliasi Institut Ibu Profesional (MIIP), bahwa keluarga adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan masing-masing anggotanya menuju peran peradabannya masing-masing. Suami dan isteri yang menjadi Ayah dan Ibu memiliki peran besar dalam mengemban tugas dari Allah Subhanahuwata’ala untuk mendidik dan menyayangi anak-anak sesuai dengan apa yang Allah subhanahuwata’ala fitrahkan. Itu artinya, akan menjadi penting bagi Ayah dan Ibu untuk memahami bahwa mereka adalah satu tim yang seharusnya mampu bekerja sama dan bersinergi dalam mewujudkan hal tersebut. Mereka perlu menyadari untuk terus belajar dan meng-upgrade wawasan, pengetahuan, skill yang mampu menunjang kegiatan parenting. Anak-anak yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang, kepercayaan dan pengharapan, akan memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi pribadi dewasa yang mandiri dan menempatkan dirinya pada peradaban yang akan dihadapinya. Sebuah keluarga yang tinggal dalam satu lingkungan masyarakat tertentu, sudah Allah subhanahuwata’ala tempatkan dengan maksud dan tujuan tertentu. Tugas kitalah, untuk lebih peka terhadap rahasia Allah subhanahuwata’ala, menggali potensi, memetakan, dan mengembangkan serta memanfaatkan potensi tersebut untuk dapat membangun peradaban seperti yang Allah subhanahuwata’ala inginkan.
Ijinkanlah kami menjawab pertanyaan NHW3 dengan memetakan bagaimana potensi keluarga kecil kami, dengan melihat kondisi suami, anak, dan diri sendiri dalam lingkungan di mana kami tinggal. Semoga keluarga kecil ini dapat berperan optimal dalam membangun peradaban masyarakat bumi pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya, aamiin..
Sepucuk surat elektronik telah dikirimkan kepada suami. Ketika diminta menuliskan surat cinta kepada suami, saya mengingat dan menilik kembali bagaimana kami bertemu dan pada akhirnya memutuskan untuk mengikat diri dalam tali suci pernikahan. Panjang lebar kalimat demi kalimat telah dirangkai untuk mengenang perjalanan kami, menorehkan sejarah kecil kami. Beliau terharu, memeluk dan hanya berkata “I Love You”. Dia mengatakan bahwa perasaannya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya tiga kata itu yang bisa mewakili segalanya. Kalimat itu cukup membuat saya tertawa. Iya, karena maunya lebih dari itu, hehehe…
Telah 1417 hari kami lalui bersama sebagai suami dan isteri. Tak dielakkan kami lalui dengan penuh tantangan setiap harinya. Proses adaptasi dari status single menjadi mix double, membuat kami terus belajar untuk menjadi satu tim. Hampir empat tahun kami berkeluarga, kami terus mendalami karakter masing-masing, berusaha memahami satu sama lain, berdiskusi dan mencintai satu sama lain. Selain dari proses penyatuan dua pribadi yang menjadi hal yang harus dihadapi, tantangan juga datang dari lingkungan sekitar seperti orangtua dan keluarga besar. Kami sadar, kami adalah pribadi-pribadi yang masih jauh dari kata sempurna. Kami adalah dua orang yang dipersatukan karena masing-masing dari kami masih punya banyak kekurangan, dan keterbatasan. Kami pun belum mengetahui secara pasti rahasia besar apa dibalik rencana Allah Subhanahuwata’ala terhadap kami berdua. Namun yang pasti, kami percaya Allah subhanahuwata’ala menyatukan kami, karena Dia begitu sayang kepada kami. Kami disatukan untuk dapat saling melengkapi kekurangan. Kami disatukan untuk dapat belajar mengoptimalkan potensi kami masing-masing dalam berperan membangun peradaban yang Allah Subhanahuwata’ala inginkan, termasuk di dalamnya mendidik anak. Betapa bersyukurnya kami diberi kepercayaan untuk memiliki momongan.
Alhamdulillah, di usia pertama pernikahan kami, seorang anak telah lahir. Allah Subhanahuwata’ala menganugerahkan kepercayaan kepada kami untuk mendidik dan membesarkan seorang anak laki-laki yang kami beri nama Ukaasyah Addahri Khudri. Dia kami panggil dia, Kaasya. Harapannya anak kami menjadi pribadi yang senantiasa meneladani sikap dan perilaku Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sebagaimana sahabat Ukaasyah yang selalu setia mengikuti dan meneladani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Lahir di Majenang, Cilacap pada awal Oktober 2015, artinya usianya sudah sekitar 2 tahun 10 bulan. Segala hal terbaik telah kami upayakan untuk menyayangi dan mendidik Kaasya. Di satu tahun pertama kehidupannya, Alhamdulillah Kaasya tumbuh dengan fisik yang baik, kemampuan fisiknya pun baik. Kaasya belajar tengkurap, mulai belajar ngoceh, merangkak, makan, berinteraksi saat diajak berbicara, dan bercerita. Gerak fisiknya semakin banyak ketika Kaasya mulai aktif merangkak, ingin meraih segala hal di sekitarnya, mulai memasukkan banyak hal ke mulutnya dan mulai ingin berdiri dan berjalan. Menginjak tahun ke-2 dan ke-3, Kaasya mulai bisa jalan, berlari dan bermain dengan gerakan besar seperti melompat maju dan mundur. Kemampuan bicaranya juga mulai terlihat. Setiap hari kami dibuat kagum, amazed dan terharu dengan malaikat kecil titipan Allah Subhanahuwata’ala ini. Hari-hari dilewati dengan banyak perkembangan, yang sangat dilewatkan meskipun sehari.
Sepanjang ingatan saya, Kaasya adalah anak yang membanggakan. Kemampuan dan daya ingatnya membuat saya, suami dan keluarga terkagum-kagum. Dia akan mudah mengingat segala sesuatu yang dia dengar dan dia lihat. Baru sekali diceritakan tentang sesuatu, keesokan harinya ia ingat. Bahkan terkadang sudah jauh hari kami bercerita, atau lewat suatu tempat, tapi dia sendiri yang mengungkapkan tentang hal itu. Contohnya, Kaasya cepat hafal nama-nama buah yang dimakannya, nama-nama kendaraan yang dilihatnya, juga nama-nama teman, tetangga, dan keluarga besar yang ditemuinya. Alhamdulillah Kaasya juga hafal beberapa surat AlQur’an yang pendek seperti Al-Ikhlas, Al Falaq, dan Annas meskipun pelafalannya belum sempurna di usia dua tahun. Di luar dugaan, Kaasya juga mampu merangkai dan menyimpulkan kalimat dan membuat kalimat dengan imajinasi dan pikirannya sendiri, dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul spontan darinya.
Misalnya, saya memberitahunya, “Kaasya, pegang botol minumnya yang tegak, supaya airnya tetap di dalam botol.”. Dia menjawab, “Kalau pegangnya gak tegak, airnya gak di dalam ya ?”, segera saya jawab, “Iya, kalau miring, airnya tumpah.” Membuat kami hampir tidak percaya akan kemampuan yang Allah Subhanahuwata’ala berikan. Betapa kecerdasaannya membuat kami bersyukur. Menginjak umur 2,5 tahun, Kaasya sudah bisa bercerita dengan beberapa kalimat. Apa yang dia temui, bagaimana kronologinya, dan mampu memberi penilaian terhadap yang dia lihat. Di sisi lain, Kaasya adalah anak yang sangat ceria. Hari-hari nya penuh dengan canda dan tawa. Tertawa cekikikan terdengar dari mulut mungilnya yang menggemaskan. Iya, dia suka bercanda.
Bercerita tentang Kaasya memang bisa sangat panjang dan tidak ada habis-habisnya, tetapi singkat cerita Kaasya juga adalah anak yang berhati lembut dan penyayang. Dia juga sangat antusias untuk mengamati keadaan dan kondisi terutama di lingkungan yang baru dia jumpai. Setelahnya dia akan memberikan semacam review terhadap hasil pengamatannya. Lagi-lagi bikin senyum-senyum Bundanya. Untuk beberapa waktu, saat berjumpa dengan orang-orang baru, Kaasya memang lebih banyak diam, mendengarkan dan mengamati, namun 10 menit kemudian, dia bisa menjadi sangat mudah beradaptasi dan membuat orang-orang di sekitarnya terkagum-kagum dengan kemampuan berbicara, berpikir dan berceritanya Kaasya. Semoga dengan segala potensi yang belum bisa diungkapkan itu, Kaasya dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berkarakter, sholeh dan menjadi orang alim, berilmu dan bijak menggunakan ilmunya serta bermanfaat untuk masyarakat luas, aamiin..
Beberapa paragraf di atas adalah sedikit dari cerita keluarga kecil saya. Suami dan anak yang saya sayangi menjadi kekuatan penting dalam kehidupan saya. Mereka menjadi moodbooster dan penyemangat hidup saya untuk terus hidup dan belajar, menggali potensi diri dan keluarga. Saya adalah orang yang masih sangat banyak kekurangan dan ketidak sempurnaannya, namun keberadaan mereka menjadi salah satu potensi besar dalam membangun dan menciptakan peradaban dari keluarga kecil kami. Sikap mau belajar, bersemangat, berpikir positif, dan optimistis yang ada pada diri saya, menjadi kekuatan dalam diri untuk dapat mengarungi kehidupan ini. Di samping keluarga kecil kami, dan keluarga besar yang selalu mendukung dan mengajarkan tentang arti kehidupan yang sesungguhnya.
Sering tantangan datang dari lingkungan keluarga besar, lingkungan tempat tinggal kami. Misalkan tentang keluarga besar suami yang kebanyakan ngumpul di Majenang ini. Jadi potensi untuk silaturrahmi dengan keluarga lebih sering, dan intensif. Saya belajar tentang kedekatan keluarga besar. Namun saya juga berkeyakinan mampu memberikan energi tentang kemandirian, yang mungkin berasal dari keluarga besar saya yang sudah lama tinggal saling terpisah jarak jauh, ada yang di Jakarta, di Sumatera, di Kalimantan, di Jawa di beberapa daerah. Sehingga saya belajar tentang kualitas komunikasi dan menghargai pertemuan keluarga. Keluarga kami memang masih “pemula” karena belum ada lima tahun terbentuk, jadi kami pikir, kami masih jauh dari sempurna untuk memberi banyak kontribusi kepada masyarakat. Mengingat secara ekonomi, kami juga belum menjadi hartawan yang mampu memberikan banyak bantuan untuk kemajuan ekonomi wilayah (aamiin, semoga suatu saat terwujud). Secara pengalaman, kami juga keluarga muda yang belum banyak sebanyak para keluarga senior yang sudah mengarungi samudera kehidupan dengan segala manis, asin, pedas dan pahitnya kehidupan. Tetapi kami yakin dan optimistis dari keluarga kecil kami, kami akan terus belajar dan menciptakan kondisi keluarga yang terus mau belajar mengoptimalkan peran guna membangun peradaban yang Allah Subhanahuwata’ala kehendaki, aamiin..
Terimakasih atas waktu yang telah dicurahkan untuk membaca coretan ini, semoga Allah subhanahuwa’tala membalas kebaikan Anda.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Majenang, Cilacap
20 Agustus 2018
Share with love
Khoirun Nisaa