Bismillah,
Ukuran suksesnya Toilet Training seorang anak tergantung dari bagaimana orangtuanya merencanakannya. Idealnya, dalam pandangan kami, setelah membaca beberapa referensi dan dari pengalaman sendiri ada lima (5) ukuran untuk mencapai kemandirian dalam Toilet Training. Mereka adalah:
- Pergi ke toilet sendiri
- Mau duduk/jongkok di wc sendiri
- Bisa cebok sendiri
- Mampu menyiram WC
- Mencuci tangan setelah selesai
Tentunya ukuran tersebut menurut keluarga kecil kami sudah sangat mandiri. Untuk mencapai ke sana diperlukan sebuah proses dengan melatih anak. Proses itu dilakukan secara bertahap bersamaan dengan mengamati kondisi anak. Dengan kesadaran penuh, kami sadari anak kami sedikit mengalami ketakutan untuk BAB karena rasa sembelit atau sakit saat akan BAB. Jadi untuk tahap pertama, anak mau ke toilet dan mau jongkok/duduk di wc sudah merupakan kemajuan besar. Artinya tugas kami adalah untuk memotivasi dan membuat anak merasa butuh dan nyaman dulu BAB di WC. Membantu menghilangkan rasa takut anak pergi ke toilet.
Pagi tadi, saat baru bangun tidur, saya langsung menawari anak K ke toilet. Sudah 5 hari sejak anak K belum mau BAB lagi. Sebenarnya, tiap hari dia ada moment kebelet eek. Namun rasa takut membuatnya lebih memilih untuk menahan.
Iya, anak K belum menampakkan tanda-tanda akan BAB namun saya sudah lebih dulu menawarkannya.
“Sudah pagi niih, ke toilet yuuk, pipis-pipis, eek eek dulu yuukk..” ajak saya memulai percakapan dengan nada ramah dan santai.
Lagi-lagi anak K masih belum menyambut. Kami pun larut dalam aktivitas bersama sampai sekira pukul 08.30 saat kami akan pergi ke suatu tempat, tetiba anak K menampakkan ekspresi dan gerak gerik hendak BAB. Dengan sigap saya menyambut,
“Ayoook mas ke toilet, biarkan eek nya keluar yaa.. Sudah lama dia di dalam perut. Dia mau keluar, jadi kasih jalan yaa..” olah kata saya.
Lagi dan lagi anak K merengek bilang
“Nggak mau nggak mau nggak mau…”
Ya Allah.. Sedang meminta kami untum sabar menaklukkan tantangan ini. Saya terus menggunakan nada rendah dan intonasi yang ramah. Namun belum membuahkan hasil. Pernah terbersih dalam pikiran. Terdapat dialog dengan diri sendiri. Apa saya harus teriak marah dan memaksa anak untuk pergi ke toilet. Ahh itu diskursus buruk yang terjadi dalam otak. Biarlah.. Kembali ke keadaan, kami pun pergi ke lokasi tujuan. Di sana anak K merengek menunjukkan gerak gerik mau eek. Dan merengek ingin pulang.
Sesampainya di rumah, anak K cukup gusar karena sudah kebelet eek. Saya menganjurkan kalau belum mau ke toilet ya sudah jongkok dengan pospak saja. Akhirnya anak K menuruti bicara saya, dan kemudian berhasil BAB. Alhamdulillah.
Semoga esok akan tampak progress yang bernilai untuk proses toilet training anak kami.
Sharing with love
Khoirun Nisaa