Bismillah,
Pada hari ke-7 tantangan dalam melatih kemandirian, khususnya untuk anak saya K, laki-laki berusia 3,5 tahun, saya mengamati latihan toilet training belum menampakkan perkembangan yang signifikan. Dua hari terakhir ini, anak saya seperti biasa saya persilahkan untuk segera ke toilet sesaat bangun tidur dan jongkok di WC, namun belum menunjukkan hasil yang positif. Dia mau, kalau memang benar-benar kebelet BAK, kalau BAB masih belum berhasil. Tantangan terbesarnya adalah menaklukkan rasa takut untuk BAB karena sering sembelit sebelum BAB. Mungkin ke depannya harus banyak menggali premis yang bisa menaklukkan rasa takut anak, dan menumbuhkan rasa keberanian untuk BAB serta dibantu dengan perbaikan asupan makanan dan lain-lain. Dan tingkat keberhasilannya belum diketahui. Bisa dalam satu hari, satu pekan, atau bisa jadi baru akan berhasil dalam satu bulan ke depan. Semoga segera tercapai. Aamiin.
Pada keterampilan lain, yaitu kemandirian dalam berkomunikasi menyampaikan keinginan dan pendapat dengan bahasa yang jelas dan tenang, anak saya mengalami kemajuan yang signiffikan, alhamdulillah. Atas ijin Allah Subhanahu wata’ala kemampuan tersebut semakin terlihat. Kemudian seperti hari kemarin, hari ini juga banyak anak-anak bermain ke rumah, mereka antusias bermain dengan anak saya. Kondisi tersebut juga menunjang anak saya banyak berkomunikasi dengan anak-anak yang berbeda usia. Membiarkan dia berkumpul, berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak-anak menurut saya sudah merupakan bentuk latihan, bagaimana dia menyampaikan apa yang ada di pikirannya.
Posisi saya saat itu, mengamati dan mengawasi interaksi mereka dari jarak sekitar 10 meter. Saya melihat dan mengikuti beberapa percakapan dan interaksi antara anak-anak tersebut. Banyak permainan yang mereka lakukan, dari bermain bola, baca buku, pesawat, mobil-mobilan, dan juga miniatur lintasan bis. Ketika beberapa anak berkumpul mengelilingi miniatur lintasan bis, tampak anak saya, berkata dengan jelas dan dengan tatapan fokus kepada salah satu temannya:
“Cara buka nya ke atas begini yaa,,(sambil mempraktikkan lepas rakit miniatur lintaa bis tayo),” kata anak K kepada salah satu temannya… Temannya pun mengangguk mengikuti arahan anak K, artinya komunikasi tersebut efektif.
Dari jauh, saya tersenyum sendiri berkata Alhamdulillah.. anak K berlatih lagi, dan berhasil dengan baik. Dia berhasil mandiri berbicara menyampaikan pendapat dan keinginan, tanpa menangis dan emosional negatif. Sesi bermain bersama teman-teman pun berjalan lancar tanpa ada ketegangan di antara anak-anak. Alhamdulillah. Selain saat bermain dengan teman-temannya, anak K tadi juga berhasil bicara dengan jelas dan tanpa marah-marah saat ingin minum. Dia berkata, “Bund, K mau minum,” sesaat setelah makan. Selanjutnya dia juga berhasil mempraktikkan mengkomunikasikan keinginan untuk bersepeda bersama Ayahnya, dan hal-hal lain. Sungguh anak saya bersyukur untuk hari ini.
Untuk kemandirian lain yang juga sudah mulai dilatih kembali selama tiga hari ini adalah kemandirian mandi. Entah karena capek atau karena hal lain, usaha saya untuk membujukkan mandi sendiri butuh waktu yang cukup lama. Dengan konsisten saya berusaha untuk mengingatkan jadwal ketika sudah waktunya mandi tetapi bukan dengan instruksi langsung. Saya katakan,
“Sudah sore ya Mas, kalau sore waktunya apa yaaa?” tanya saya dengan nada ramah dan sambil tersenyum.
Anak K menjawab, “Mandii…”
Namun kemudian masih berlari ke sana kemari antusias bermain bola bersama ayahnya.
“Airnya sudah siap lhooo…” tambah saya.
Kemudian ayahnya ikut mengingatkan, “Lhoo tadi kan ada kapal-kapalan yang dibuat dari kulit jeruk Bali, di kamar mandi apa yaa? Yuuk dilihat di kamar mandi…” ajak ayahnya.
Setelah itu, ayahnya juga mengiming-imingi anak K untuk segera mandi agar bisa bersepedaan lagi dengan ayahnya. Anak K menjadi semangat dan bergegas ke kamar mandi untuk mandi.
Alhamdulillah, sebelum ke kamar mandi, dengan mandiri, anak K mau dan bisa melepas pakaian sendiri, kemudian pergi ke kamar mandi sendiri. Memang diawali dengan lama berendam. Namun setelah berulang kali, secara konsisten diajari cara mandinya, anak K pun terlihat mengikuti instruksi. Sampai pada akhirnya dia selesai mandi dan memakai handuk. Bahkan saat akan memakai baju, dia memilih baju sendiri, yang baru dibelikan Omanya, meskipun masih di jemuran, anak K tetap memilih memakai baju barunya itu.
Yaaa begitulah sekelumit dokumentasi tantangan kami dalam melatih kemandirian anak K. Semoga bermanfaat dan ada perkembangan ke arah lebih baik, esok hari, aamiin..
Share with love
Khoirun Nisaa